TATA LAKSANA PEMELIHARAAN KELINCI
DESA LIMBANGAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL
F. D. Perwitasari
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tata laksana pemeliharaan kelinci. Tata laksana pemeliharaan kelinci meliputi: lokasi, pakan, kandang,
reproduksi dan penyakit yang dialami kelinci. Desa Limbangan Kecamatan limbangan Kabupaten Kendal
sebagai lokasi penelitian. Pakan yang diberikan
berupa pakan konsentrat (wheat brain) dan hijauan (rumput kering). Kandang yang ternak kelinci berbentuk kandang bertingkat
yang bahan – bahannya yaitu dari bambu
dan kayu. Induk kelinci betina yang sedang bunting mudah stress sehingga membutuhkan
perhatian dan pakan yang bergizi. Penyakit pada kelinci selama penelitian yaitu sakit flu, kembung dan
gudikan. Pengetahuan dan
pemahaman tata laksana pemeliharaan ternak kelinci secara baik dan fokus akan
menentukan keberhasilan budidaya ini.
Kata
kunci: lokasi, pakan, kandang, reproduksi dan penyakit kelinci.
ABSTRACT
The research aimed to determine the administration of rabbit breeding. Rabbit breeding
governance include: the location of cultivation, feed, cages, reproduction and
disease suffered by rabbits. Limbangan Village Sub District Kendal limbangan
Food that is given in this venture in the form of feed concentrates (wheat
brain) and forage (hay). Enclosure that we use is a multilevel cage material -
material that is of bamboo and wood. Parent female rabbit is pregnant
so easy to stress that needs attention and nutritious food. Disease
in rabbits during the study that is sick with the flu, bloating and gudikan.
Knowledge and understanding
of governance in both cattle raising rabbits
and focus will
determine the success of this culture.
Key words: location of cultivation, feed, cages, reproduction and disease
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Respon pangsa pasar dan perkembangan dunia
agribisnis mendorong kuatnya para peternak untuk berbisnis di dunia kelinci.
Salah satu jenis kelinci yang harganya bersaing dengan jenis kelinci lainya
yaitu jenis kelinci Rex (Oryctolagus cuniculus rex). langkah dalam budidaya kelinci merupakan solusi terbaik
dalam membangun karakteristik pembudidayaan daging, dengan sasaran kemandirian
usaha dan profitabilitas yang terarah, dengan tehnik dan perawatan yang benar
maka akan diperoleh sasaran profit yang jelas dan berimbas dalam pembelajaran
enterpreneurship baik bagi mahasiswa maupun masyarakat sekitar, kunci dalam
pembudidayaan kelinci ini yaitu kerja keras, rapi dalam perawatan dan jeli
dalam menilai pasar.
Kombinasi antara modal kecil, jenis
pakan yang mudah dan perkembangbiakannya yang cepat, menjadikan budidaya
kelinci masih sangat relevan dan cocok sebagai alternatif usaha bagi petani
miskin yang tidak memiliki lahan luas dan tidak mampu memelihara ternak besar.
Di negara sedang berkembang, kelinci dapat diberi pakan hijauan yang
dikombinasikan dengan limbah pertanian dan limbah hasil industri pertanian
(Sitorus et al., 1982 dan Diwyanto et al., 1985).
Ketersediaan pakan merupakan salah satu
faktor penting dalam usaha pemeliharaan ternak. Keberhasilan usaha pemeliharaan
ternak banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan disamping faktor pemilihan
bibit dan tata laksana pemeliharaan yang baik. Kelinci dapat berproduksi
tinggi, maka perlu dipelihara secara intensif dengan pemberian pakan yang
memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Menurut Ensminger et
al. (1990), pakan kelinci dapat berupa hijauan, namun hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidup, sehingga produksinya tidak akan maksimum, oleh
karena itu dibutuhkan pakan konsentrat.
Desa Limbangan Kecamatan limbangan Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal. Pemilihan tempat di lahan pekarangan
ini, karena usaha ini tidak membutuhkan lahan yang luas, didukung oleh keadaan
alam dan kondisi lingkungan. Daerah ini mempunyai letak yang cocok buat
perkembangan kelinci. Daerah yang sejuk, dibatasi oleh hutan dan berada di
pinggiran area perkebunan karet dan didukung oleh masyarakat desa
Limbangan ini mayoritas juga bergerak di bidang
pertanian dan perkebunan.
Lingkungan
masyarakat yang bergerak dibidang pertanian dan perkebunan ini semakin
mendukung akan berkembangnya progam usaha budidaya kelinci, tetapi masyarakat belum mengetahui keuntungan yang akan didapatkannya jika
mereka mau menekuni budidaya ini lebih lanjut. Letak Dukuh Mambang, Desa Getas, Kecamatan Singorojo, Kabupaten
Kendal ini berada di ketinggian 400 dpl, daerah perbukitan dan ketersediaanya
rumput segar sepanjang tahun dan limbah pertanian dan perkebunan akan semakin
menguntungkan dan menekan biaya produksi, sehingga keuntungan yang didapat
semakin maksimal. Oleh sebab itulah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tata laksana pemeliharaan kelinci.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan pada bulan april sampai bulan juli 2011, berada di desa Limbangan Kecamatan limbangan Kabupaten Kendal.
Metode penelitian yang digunakan yaitu praktek budidaya kelinci meliputi
pemberian pakan, kandang, reproduksi dan penyakit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tata laksana pemeliharaan kelinci ini pada usaha ini meliputi: lokasi
budidaya, pakan, kandang, reproduksi dan penyakit yang dialami kelinci.
Lokasi Budidaya Ternak kelinci
Desa
Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal merupakan lokasi budidaya ternak
kelinci. Lokasi ini mempunyai potensi yaitu 1) jauh dari pemukiman, 2) dekat
dengan sumber air, 3) ada jalan, 4) dekat dengan pasar. Beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan yaitu
suhu kelembaban, penyediaan pakan, pembuatan kandang, suara bising dan
bau-bauan serta gangguan dari predator yang lainnya (Manshuur dan Fakkih,
2010).
Pakan
Pakan
yang diberikan dalam budidaya berupa pakan
konsentrat dan hijauan. Pakan konsentrat
yang digunakan pada awal usaha ini berupa
ampas tahu dan dedak ini diberikan dalam waktu seminggu,
hal ini dikarenakan: ternyata ada sebagian ternak kelinci tidak menyukainya,
kesulitan untuk mendapatkannya, jarak dan harga, sedangkan untuk
hijauan berupa rumput liar. Ampas tahu dan dedak kesulitan
mendapatkannya ternak kelinci ternak kelinci beri hijauan, kebutuhan hijauan
ternyata menjadi dua kali lipatnya setelah ternak kelinci tidak menggunakan
ampas tahu dan dedak.
Wheat brain selain mempunyai standar gizi yang sama
dengan ampas tahu dan dedak, ternyata wheat brain hampir disukai kelinci karena
wheat brain berasal dari kulit arinya gandum yang diolah menjadi dedak dan
mempunyai rasa manis. Harga wheat brain yaitu Rp 150.000/sak (50 kg) sudah
termasuk biaya transport. Pemberian pakan konsentrat wheat brain sebesar 120
gram/ekor/hari, sehingga 50 kg ini dapat dikonsumsi selama 21 hari untuk 20
ekor kelinci. Manshuur dan Fakkih
(2010) mengatakan bahwa pakan pelet atau konsentrat untuk kelinci usia 3 – 4
bulan tidak boleh melebihi 50 gram per ekor setiap hari, sedangkan untuk
kelinci dewasa biasanya 80 – 120 gram/ekor/hari.
Konsumsi pakan konsentrat
kelinci bunting yang diberikan yaitu 120 gram/ekor/hari hal ini tidak sesuai
dengan pendapat BPTP (2007) yang mengatakan kelinci indukan betina bunting
konsumsi pakan berkisar antara 200 – 250 gram/ekor/hari. Kekurangan pakan ini
ternyata berakibat terhadap induk yang bunting yaitu: 1) ada anak yang mati
dalam kandungan, 2) induk menjadi stress, 3) sifat kanibal.
Pakan hijauan yang diberikan kelinci berupa rumput.
Pemberian rumput layu pada kelinci disebabkan oleh 1) hijauan yang masih segar
banyak mengandung air dan gas, 2) usus yang dimiliki oleh kelinci hanya satu
usus, 3) dapat menyebabkan kembung, mencret dan kematian. Pemberian rumput bagi
kelinci sangat diperlukan karena: 1) bermanfaat untuk merangsang ketahanan usus
(agar tidak sembelit), 2) melatih gigi, 3) merangsang nafsu makan (Manshuur dan Fakkih, 2010).
Kandang
Kandang kelinci menggunakan kandang bertingkat yang bahan
– bahannya yaitu dari bambu dan kayu.
Kandang kelinci belum memiliki standar kandang yang bagus, menyebabkan kelinci
dengan mudah merusak dinding kandang sehingga banyak kelinci yang lepas dari
kandangnya dan produktivitas menurun. Kandang yang bagus adalah kandang mudah
dibersihkan, nyaman cukup siklus udara dan pencahayaan, bahan mudah didapat,
terjangkau, dan tidak berbahaya, kandang harus terpisah antara jantan dan
betina (Manshur dan
Fakkih, 2010). Menurut (BPTP, 2007) mengatakan lokasi kandang yaitu :
1) harus jauh dari kebisingan, 2) ditempat teduh tapi tidak lembab, 3)
diusahakan mendapatkan sinar matahari langsung atau pantulan dari sinar
matahari, 4) ukuran kandang indukan jantan atau betina (70 x 75 x 40) sedangkan
kotak buat anak (40 x 25 x 20).
Kandang dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Kelinci
usia 4 bulan, kandang kelinci harus terpisah antara jantan dan betina. Kelinci
induk betina dan anak dipisahkan, setelah anakan berumur 1 bulan. Anakan
kelinci dari berbagai indukan dapat ditempatkan pada satu kandang sampai usia
mereka berumur 3 bulan. Menurut Manshur dan Fakkih (2010) mengatakan kelinci betina dewasa harus terpisah
dan tidak berdampingan dengan kelinci jantan dewasa, karena dapat menimbulkan
stress dan perkelahian.
Reproduksi
Reproduksi ternak kelinci ini meliputi 1) perkawinan, 2)
kebuntingan, 3) kelahiran. Kelinci dewasa siap dikawinkan pada umur 7 – 9 bulan,
usia kelinci jantan lebih tua dibandingkan kelinci betina, perkawinan dilakukan
di kandang kelinci jantan selama 10 – 15 menit. Menurut Manshur dan Fakkih (2010) mengatakan
bahwa usia kelinci dewasa jantan lebih tua dan perkawinan dilakukan di kandang
jantan, hal ini dilakukan karena unsur dominatif sangat menentukan pejantan
lebih agresif dalam melakukan perkawinan. Perkawinan yang baik dilakukan pada
pagi hari antara jam 6 – 8, malam hari (6 – 8).
Perkawinan pada induk betina I dan II, dikawinkan lagi
setelah masa sapih berakhir (40
hari).
Betina III tidak dikawinkan, karena betina
III masih dalam keadaan sakit pada kelenjar ambingnya sedangkan untuk betina IV
dikawinkan. Menurut Manshur dan
Fakkih (2010) kelinci betina yang tidak sehat, dilakukan perawatan terlebih
dahulu setelah sehat kelinci dikawinkan lagi. Kelinci yang sedang hamil akan
menolak kawin dengan mengeluarkan suara, sedangkan kelinci betina menyukai
kelinci jantan disebabkan oleh kalah umur, betina lebih agresif dan pejantan
sedang stress. Hasil dari penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa kelinci betina dewasa pejantan bisa menolak kawin, disebabkan oleh 1)
kelinci betina tidak dalam kondisi sehat, 2) kondisi hamil, 3) kelinci betina
tidak menyukai pejantan, 4) kelinci betina tidak merasa nyaman.
Betina I melahirkan tanggal 20 april 2011 sore hari
berjumlah 6 ekor, 2 ekor mati pada saat melahirkan sisa 4 ekor. Betina II
melahirkan pada tanggal 23 april 2011 malam hari berjumlah 4 ekor. Minggu
tanggal 24 april 2011 ternak kelinci melihat kondisi anak betina II ada 1 ekor
dalam kondisi sekarat, untuk menyelamatkan ternak kelinci berusaha untuk
disusukan pada betina I. Besok pagi tanggal 25 April 2011 ternyata anak dari betina
I masih sisa 1 ekor ternyata si betina I merasa terganggu dengan kehadiran anak
dari betina II, sehingga dia memakan semua anak-anak yang ada di kotak. Peristiwa
ini mengajarkan kita sebelum mencampurkan anakan ke indukan yang lain 1)
bersihkan terlebih dahulu dari bulu induknya, 2) oleskan urinnya indukan yang akan
dicampurkan terlebih dahulu, 3) pada indukan yang umur penyusuannya sama.
Betina II saat menginjak empat hari tepatnya tanggal 27
April 2011 anakan yang tersisa masih 1 ekor, hal ini dikarenakan 1) kuatlah
yang menang dalam mendapatkan susu dari induknya, sehingga tubuh 3 ekor kelinci
kurus. 2) induknya kurang perhatian dalam menangani anak-anaknya. Menurut Manshur dan Fakkih (2010) mengatakan jika indukan tidak
mau menyusui kemungkinan dikarenakan 3 hal yaitu: 1) induk belum siap merawat
anakan atau pada kelahiran pertama dan kedua, 2) keringnya air susu karena
kekurangan gizi, 3) stress dan bisa menjadi kanibal. Penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa indukan yang melahirkan mudah stress sehingga membutuhkan
kenyaman (kandang terutama kotak untuk anakan), persediaan pakan yang
berkualitas.
Penyakit Kelinci
Betina VII mengalami stress dan berkurangnya nafsu makan
maka ternak kelinci lakukan penyuntikan vitamin B komplek, selang beberapa hari
sudah menunjukkan sudah mau makan perkiraan ternak kelinci sudah mulai membaik.
Seminggu berjalan, ternak kelinci tidak melakukan pengobatan lagi dan ternyata
betina VII mati. Kematian betina VII dapat dijadikan sebagai pengalaman bahwa
dalam menghadapi kelinci stress dengan kondisi berkurangnya nafsu makan maka kelinci
perlu perhatian khusus terutama dalam penyediaan pakan yang ber gizi dan
berkualitas. Betina V mengalami stress dan kurang makan, dalam kurun waktu
seminggu kelinci disuntik dengan vitamin B kompleks dan pemberian energen atau
susu untuk pengganti makannya. Keadaan betina V sudah mulai membaik dengan bertambah
nafsu makannya.
Jantan I mengalami flu awalnya kondisi masih mau makan,
setelah berjalan waktu dalam seminggu ini dia mengalami penurunan kondisi. Nafsu
makan mulai berkurang kemudian pejantan I disuntik dengan vitamin B komplek dan
medoxy, pemberian energen tapi apa yang terjadi 2 jam setelah pemberian kedua
obat tersebut jantan I mengalami kejang-kejang dan mati. Tanda-tanda kelinci
flu: dia akan bersin-bersin dan nafsu makan berkurang, apabila sudah terlanjur
parah maka dia akan kondisi lemah. Penangganan menghadapi ternak kelinci flu
untuk suplai makannya diberikan energen dan susu, sedangkan untuk obatnya
menggunakan obat flu, amoxycilin ditumbuk dicampurkan air dan diminumkan
kelinci 2 kali sehari.
Sakit
kembung diberikan obat bloat atau obat tetes (rembungke) langsung diteteskan
dalam mulutnya sehari 2 kali, sedangkan untuk penyakit gudikan disuntikan
wormethin dengan ukuran 0,1 – 0,3 cc selang 3 hari sekali. Pemberian Wormethin
jangan melebihi 0.5 cc, jika kelinci dalam keadaan bunting maka akan terjadi
keguguran. Pemberian vitamin dan mineral calvia mix dicampurkan pada
pakan kelinci. Pemberian vitamin dn mineral ternak kelinci lakukan untuk
menambah dan menjaga anti bodi kelinci terhadap cuaca, selain itu juga dapat
meningkatkan nafsu makan, mempercepat pertumbuhan dan bobot badan ternak.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman tata laksana pemeliharaan
ternak kelinci kurang secara baik dan fokus, sehingga pemeliharaan kelinci
belum berhasil. Kelinci merupakan ternak yang mudah stress dan mempunyai
tingkat kematian tinggi. Fokus dalam pengetahuan dan pemahaman tata laksana
pemeliharaan ternak kelinci dalam artian kesiapan memperhatikan setiap waktu
dan mempunyai kesanggupan untuk bersusah payah.
DAFTAR PUSTAKA
BPTP Yogyakarta. 2007. Budidaya Ternak Kelinci di Perkotaan.
Penerbit Agro hawa. Yogyakarta.
Diwyanto, K., R. Sunarlin, dan P.
Sitorus. 1985. Pengaruh persilangan terhadap karkas dan preferensi daging
kelinci panggang. Jurnal Ilmu dan Peternakan 1 (10):427-430.
Ensminger, M.E., J.E. Oldfield dan
W.Heinemann. 1990. Feeds and Nutrition. 2nd Ed. The Ensminger
Publishing Co., Clovis
Manshur, F dan
Mu’tasim Fakkih. 2010. Kelinci Domestik (Perawatan dan Pengobatan). Penerbit
Nuansa. Bandung.
Sitorus, P., S. Soediman, Y.C. Raharjo, I.G.
Putu Santoso, B. Sudaryanto dan A. Nurhadi. 1982. Laporan Budidaya Peternakan
Kelinci di Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.