A. Pengertian Limbah KOpi
Limbah
kopi yang dimaksud dalam rekomendasi teknologi ini adalah kulit buah
(pulp) dan cangkang biji (hull) kopi (Lihat Gambar 1) yang tercampur
karena dalam proses pengelupasan untuk mendapatkan biji kopi osé (tanpa
kulit) dilakukan dengan menggiling kopi glondong kering tanpa melalui
proses pengelupasan kulit buah (depulping) maupun cangkangnya
(dehulling).
B. Kandungan Gizi dan manfaat
1. Kandungan Gizi
Limbah kopi yang diolah untuk pakan penguat adalah bagian kulit dan
daging buahnya hasil proses pembijian. Sebelum digunakan, limbah kopi
tersebut difermentasi dengan Aspergillus niger selama 5 hari kemudian
dijemur selanjutnya digiling.
Menurut Londra dan Andri mengatakan bahwa hasil analisis proksimat
menunjukkan, limbah kopi mengandung 6,67% protein kasar, dengan serat
kasar 21,40%. Kandungan gizi limbah kopi meningkat setelah dilakukan
fermentasi selama 5 hari, terjadi peningkatan kadar protein (CP) menjadi
12,43 % meningkat sebanyak 5,76 % dibandingkan dengan limbah tanpa
fermentasi. Sedangkan terjadi penurunan serat kasar (CF) sebanyak
menjadi 11,05 %, sedangkan lemak, kalsium dan phospor hampir sama (Tabel
1). Hal ini menunjukkan, fermentasi dengan Aspergillus niger mampu meningkatkan nilai gizi limbah kopi, yang ditunjukan dengan meningkatnya protein dan menurunkan kadar serat kasar.
2. Manfaat
Limbah kopi yang difermentasi dengan Aspergillus niger kemudian diberikan kepada kambing etawa selama 6 bulan. Hasil penelitian dari Londra dan Andri mengatakan bahwa penggunaan limbah kopi terfermentasi untuk pakan penguat mampu memberikan peningkatan berat badan (PBB) secara nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan P0 (kontrol) pakan hijauan saja dari rata-rata 68.41 gram/ekor/hari (kontrol) menjadi 102.92 gram/ekor/hari (P3) limbah kopi. Sedangkan dengan dedak (P2) memberikan PBB 100.50 gram/ekor/hari dan secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 2). Hal ini juga sesuai yang dikatakan (Simanihuruk dan Sirait, 2010) yang mengatakan bahwa kulit kopi yang di silase itu memiliki aroma harum sehingga disukai kambing dan cukup palatabilitas.
Limbah kopi yang difermentasi dengan Aspergillus niger kemudian diberikan kepada kambing etawa selama 6 bulan. Hasil penelitian dari Londra dan Andri mengatakan bahwa penggunaan limbah kopi terfermentasi untuk pakan penguat mampu memberikan peningkatan berat badan (PBB) secara nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan P0 (kontrol) pakan hijauan saja dari rata-rata 68.41 gram/ekor/hari (kontrol) menjadi 102.92 gram/ekor/hari (P3) limbah kopi. Sedangkan dengan dedak (P2) memberikan PBB 100.50 gram/ekor/hari dan secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 2). Hal ini juga sesuai yang dikatakan (Simanihuruk dan Sirait, 2010) yang mengatakan bahwa kulit kopi yang di silase itu memiliki aroma harum sehingga disukai kambing dan cukup palatabilitas.
Meningkatnya pertumbuhan kambing yang mendapat pakan tambahan (pakan
penguat) disebabkan pada pakan penguat tersebut mengandung kandungan
protein dan energi yang lebih tinggi dibanding hijauan. Adanya
peningkatan produktivitas (pertumbuhan) kambing yang mengakibatkan
tambahan output yang nilainya lebih besar dibanding tambahan input.
Namun perlu pula diingat bahwa penggunaan alat mekanisasi dalam
pengolahan limbah kopi juga merupakan faktor yang turut menentukan
efisiensi (Londra dan Andri).
Penggunaan limbah kopi
terfermentasi sebanyak 100 gram/ekor/hari dikombinasi-kan dengan pemberian
enzim 2,5 gram/ekor/hari dapat meningkatkan produksi susu, memperpanjang lama laktasi serta memberikan tingkat pertumbuhan anak
tertinggi dibandingkan dengan induk kambing yang hanya diberikan
hijauan saja (Guntoro dan Yasa, 2002) .
C. Prosedur Pengolahan Limbah Kopi (Guntoro dan Yasa, 2002)
Limbah kopi yang diolah untuk pakan penguat kambing adalah bagian daging buah kopidan kulit biji yang diperoleh saat proses pembijian. Limbah kopi yang diteliti adalah limbah kopi Robusta.Limbah kopi sebelum dipergunakan, difermentasi dengan Aspergilus niger produksi BPTP Bali selama 2 – 3 hari selanjutnya dikeringkan kemudian digiling hingga berbentuk tepung.
Gambar 2.Proses Fermentasi dengan aspergilus nigerv
Limbah kopi
Larutan aspergilus niger
Didiamkan 5
hari
Limbah
kopi
Terfermentasi
dikeringkan
digiling
Tepung Limbah kering
Kesimpulan
Kulit kopi yang diolah secara kimia (fermmentasi, amoniasi dan silase) dapat meningkatkan produksi (daging dan susu) secara nyata, karena kulit kopi yang diolah secara kimia memiliki aroma yang disukai kambing dan cukup palatabilitas. Adanya
peningkatan produktivitas (pertumbuhan) kambing yang mengakibatkan
tambahan output yang nilainya lebih besar dibanding tambahan input.
Daftar Pustaka
Guntoro, S., M. Rai Yasa dan I Md. Londra. 2002. Hasil Pengkajian Pemanfaatan Limbah perkebunan (Kakao dan kopi) Untuk Pakan Ternak: Laporan Penelitian Kerjasama BPTP Bali dengan Bappeda Prop. Bali, Denpasar.
I Made Londra1 Dan Kuntoro Boga Andri. Potensi Pemanfaatan Limbah Kopi Untuk Pakan Penggemukan Kambing Peranakan Etawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur
Kiston Simanihuruk Dan J. Sirait. 2010 Silase Kulit Buah Kopi Sebagai Pakan Dasar Pada Kambing Boerka Sedang
Tumbuh. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner.