Limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di Indonesia, namun potensinya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Limbah pertanian dan perkebunan dapat diartikan sebagai bahan yang dibuang dari seektor pertanian dan perkebunan. Limbah pertanian dapat berupa jerami padi, jagung, kacang-kacangan, kedelai, ampas teh, kulit kopi dan lain-lain. Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak baru mencapai 30-40% dari potensi yang tersedia saat ini, karena petani sering membakar dan membuang setelah panen.
Permasalahan yang dihadapi dalam menggunakan pakan limbah pertanian dan perkebunan terdiri dari faktor pengetahuan peternak, kualitas pakan limbah pertanian dan perkebunan dan faktor lingkungan (cemaran). Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan dukungan teknologi dan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak secara berkesinambungan. Mutu pakan limbah hasil pertanian dan perkebunan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan, diantaranya melalui pengolahan (pretreatment) limbah hasil pertanian, suplementasi pakan dan pemilihan limbah pertanian/perkebunan. Pengolahan limbah hasil pertanian dilakukan dengan metoda fisik, kimia, biologis maupun kombinasinya. Blog ini akan membahas pemanfatan limbah pertanian (jerami padi dan jagung) dan perkebunan (kelapa sawit) dilakukan dengan metoda fisik, kimia, biologis maupun kombinasinya, dan serta kandungan gizi.
1. Jerami Padi
Menurut Komar (1984) yang dikutip oleh Suryani (1994)
mengatakan bahwa jerami padi adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen
bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan
bagian batang yang tertinggal. jerami padi merupakan sumber makanan ruminansia.
Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian yang sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, hal ini sesuai dikatakan oleh Schiere dan
Ibrahim (1989) yang dikutip oleh Suryani (1994) yang mengatakan bahwa ruminansia
tergantung pada mikroorganisme rumen untuk mensuplai enzim-enzim penting yang
mampu mencerna serat kasar dalam jerami.
A. Pengertian
1 B. Kadar gizi
Jerami Padi merupakan
salah satu pakan alternatif yang paling banyak dipakai untuk memenuhi
kekurangan hijauan pakan ternak khususnya pada musim kemarau. Namun bahan pakan
tersebut berkualitas rendah karena rendahnya kandungan nutrien dan kurang dapat
dicerna. Dinding sel jerami padi banyak mengandung lignin dan silika, sehingga
menyebabkan selulosa dan hemiselulosa yang merupakan sumber energi bagi ternak
tidak dapat dicerna oleh mikroba di dalam rumen. Menurut Haryanto dan Winugroho, (2000);
Rangkuti dan Djajanegara (1983) yang dikutip dari Indraningsih yang mengatakan
bahwa pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak belum optimal karena
rendahnya kandungan protein kasar (3 – 4%) dan tingginya kandungan serat kasar
(32 – 40%) sehingga memiliki tingkat kecernaan yang rendah yaitu berkisar
antara 35 – 37%. Oleh karena itu agar jerami padi dapat memenuhi syarat sebagai
bahan pakan yang baik, maka kualitasnya harus ditingkatkan. Secara kimiawi,
fisik dan biologis. Namun kombinasi dari ketiga proses tersebut lebih sering
diterapkan untuk meningkatkan kualitas dan kecernaan pakan jerami padi.
Tabel 1. Perbandingan Jerami Padi Non Fermentasi, Fermentasi dan Konsentrat
Tabel 1. Perbandingan Jerami Padi Non Fermentasi, Fermentasi dan Konsentrat
Komposisi kimiawi jerami padi sebagai pakan ternak terlihat pada Tabel 1. Hasil ini menunjukan bahwa jerami padi yang difermentasi dapat meningkatkan kandungan gizi dan sebanding dengan konsentrat. Menurut Mahendri et al (2005) yang dikutip oleh Indraningsih et all (2007) menambahkan bahwa kandungan protein kasar pada jerami padi fermentasi meningkat dari 5,36% menjadi 6,78% yang sekaligus menurunkan kadar ADF dan NDF masing-masingnya mencapai 63,91% dan 66,03%. Kandungan protein tersebut ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan sapi potong. Untuk memperbaiki daya cerna pakan, energi metabolik dan daya cerna, maka pakan jerami padi fermentasi dapat ditambahkan beberapa bahan kimia seperti urea (Chemjong, 1991;Haryanto, 2003) atau 4% NaOH. Proses fermentasi dapat menurunkan kandungan residu pestisida golongan organokhlorin (OC) maupun organofosfat (OP), yang mana keberadaan residu pestisida dalam pakan dapat membahayakan kesehatan ternak dan produk ternak yang dihasilkan. Hasil dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jerami yang di fermentasi dapat meningkatkan nilai kecernaaan, sumber protein dan mengurangi residu peptisida yang menempel pada jerami padi.
C. Pembuatan Jerami Padi Fermentasi dan Amoniasi
Jerami padi dapat digunakan untuk pakan sapi potong dewasa sebanyak 2-3 ekor sepanjang tahun. Sehingga pada lokasi yang mampu panen 2 kali setahun akan tersedia pakan berserat untuk 4 – 6 ekor sapi.
Hambatan pemanfaatan jerami padi secara luas sebagai sumber pakan
ternak adalah rendahnya nilai nutrisi bila dibandingkan dengan hijauan
pakan. Jerami padi mengandung sedikit protein, lemak dan pati serta serat kasar
yang relatif tinggi karena lignin dan silikanya tinggi. Untuk
meningkatkan kecernaan jerami padi dan jumlah konsumsinya, jerami padi
perlu diberi perlakuan secara biologis dengan menggunakan probiotik.
Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung
polimikroorganisme, lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik,
lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapal memfermentasi jerami
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya.
Jerami Padi Fermentasi
Bahan
1. Jerami padi 1 ton
2. tetes tebu Probiotik (starbio atau EM4) 6 kg
3. Urea 6 kg
Alat
Pengaduk, Cangkul
Cara Pembuatan
Tahap I (Fermentasi)
- Tumpuk jerami dengan ketebalan sekitar 30 cm dan taburkan campuran serbuk probiotik dan urea secara merata pada tumpukan jerami tersebut.
- Siramkan air diatas tumpukan jerami secara merata untuk mempertahankan kadar air jerami sebesar 60 %.
- Pada saat penyemprotan / penyiraman dapat pula ditambahkan molases/tetes tcbu ke dalam air sebagai bahan makanan mikroba dalam probiotik.
- Ulangi proses 1 sampai dengan 3 hingga beberapa lapisan.
- Biarkan tumpukan jerami selama 21 hari pada tempat yang teduh (terhindar dari sinar matahari dan air hujan).
- Setelah 21 hari bongkar tumpukan dan jemur dengan simar matahari sehingga kadar air diperkirakan mencapai 15 %.
Tahap II (Pengeringan dan Penyimpanan Jerami Padi Fermentasi)
Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dan dianginkan sehingga
cukup kering sebelum disimpan pada tempat yang terlindung. Setelah
proses pengeringan ini, maka jerami padi fermentasi dapat diberikan pada
ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.
Jerami Amoniasi
Amoniasi jerami dapat dilakukan di permukaan tanah, di dalam drum, lubang dalam tanah, atau tempat yang terbuat dari anyaman bambu.
a. Alat, Bahan dan Komposisi
1. Kantong plastik.
2. Tali rafia.
3. Panci plastik.
4. Urea 300 gram.
5. Pisau.
6. Timbangan.
7. Jerami 5 kg.
8. Air 5 liter.
b. Prosedur Pembuatan :
1. Jerami dipotong-potong 5 – 10 cm.
2. Urea dilarutkan dalam 5 liter air.
3. Potongan jerami Padi dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu permukaannya disiram dengan larutan Urea sampai merata. Hal ini diulang sampai jerami habis.
4. Kantong plastik ditekan-tekan untuk mengeluarkan udara.
5. Kantong plastik ditutup rapat dengan menggunakan tali rafia.
6. Kantong plastik disimpan di tempat yang kering selama 30 hari.
a. Alat, Bahan dan Komposisi
1. Kantong plastik.
2. Tali rafia.
3. Panci plastik.
4. Urea 300 gram.
5. Pisau.
6. Timbangan.
7. Jerami 5 kg.
8. Air 5 liter.
b. Prosedur Pembuatan :
1. Jerami dipotong-potong 5 – 10 cm.
2. Urea dilarutkan dalam 5 liter air.
3. Potongan jerami Padi dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu permukaannya disiram dengan larutan Urea sampai merata. Hal ini diulang sampai jerami habis.
4. Kantong plastik ditekan-tekan untuk mengeluarkan udara.
5. Kantong plastik ditutup rapat dengan menggunakan tali rafia.
6. Kantong plastik disimpan di tempat yang kering selama 30 hari.
2. Jerami Jagung
A. Pengertian Jerami Jagung
Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan ternak telah dilakukan terutama untuk ternak sapi, kambing, domba (Reksohadiprodfo, 1979). Jerami jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi yakni 33,58%, tetapi masih dapat dicerna untuk ternak. Ternak sapi menyukai jerami jagung yang dipotong-potong pada umur 80 – 90 hari (Jamarun, 1991).
B. Kadar Gizi
Perlakuan
amoniasi pada jerami jagung meningkatkan kandungan protein kasar,
hingga mencapai 13,81% sebagai akibat dari peningkatan nitrogen yang berasal dari
urea. Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh
yang baik untuk pakan. Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan
keuntungan yaitu meningkatkan kecernaan pakan.
Tabel 2. Komposisi Jerami Jagung Segar, Kering dan Teramoniasi (BK)
Jerami Jagung
|
Bahan Kering
|
Bahan Organik
|
Protein Kasar
|
NDF
|
(%)
|
||||
Segar
|
25,86
|
90,41
|
7,21
|
67,54
|
Kering
|
73,25
|
88,81
|
6,83
|
74,85
|
Teramoniasi
|
60,30
|
89,91
|
13,81
|
68,80
|
(Wardhani dan Musofie, 1991)
C. Prosedur Pembuatan Amoniasi
a. Bahan – bahan :
♦ 15 kg jerami padi kering udara
♦ 870 gram urea
♦ 5 liter air
b. Peralatan :
♦ 2 lembar kantong plastik ukuran 100 x 150 cm dengan
ketebalan 0,4 mm
♦ 1 buah ember
♦ 1 timbangan
♦ 1 alat pengaduk
c. Cara pengerjaannya :
- Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukan lembar pertama ke dalam lembar kedua. Maksud merangkap plastik ini ialah agar lebih kuat dan menghindarkan kebocoran.
- Seluruh jerami dimasukkan dalam plastik agak dipadatkan dengan cara menekan jerami tersebut didorong dengan tangan tapi tidak boleh diinjak karena palstik dapat pecah atau sobek
- Larutkan 870 gram urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air dengan cara diaduk sampai benar-benar larut hingga tidak ada lagi butir-butir urea yang terlihat.
- Siramkan larutan urea tersebut kedalam kantong plastik yang berisi jerami dengan ember agar lebih mudah dan merata, sampai seluruh larutan tersebut habis
- Tutup dahulu kantong plastik lapis dalam dengan cara mengikat bagian atasnya. Kemudian baru kantong plastik ini dapat disimpan di tempat yang telah disediakan ditempat yang cukup aman
- Setelah 1 bulan kantong platisk sudah dapat dibuka, kemudian dianginkan selama 2 hari sebelum diberikan pada ternak
Catatan : Untuk proses amoniasi dalam jumlah banyak maka jumlah kantong plastik harus disediakan dalam
jumlah yang cukup. Bila pengolahan cara ini dilakukan dengan hati-hati, maka kantong plastik tersebut dapat dipakai ulang sampai 3 kali. Biasanya hanya 2 kali pakai.
3. Limbah Kelapa Sawit
A. Pengertian
Kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan yang memiliki potensi sangat tinggi dibandingkan dengan limbah hasil pertanian dan perkebunan lainnya. Limbah kelapa sawit meliputi : pelepah sawit, inti sawit, Lumpur sawit, dan serat perasan buah. Pelepah daun sawit dapat dijadikan sebagai sumber pengganti serat kasar. Pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia disarankan tidak melebihi 30%.
B. Kadar Gizi
ISHIDA
dan HASAN (1997) yang dikutip dari Indraningsih et all mengatakan bahwa pelepah kelapa sawit mengandung protein kasar
1,9% BK; lemak 0,5% BK; dan lignin 17,4% BK, sedangkan daun mengandung protein
kasar 14,8% BK; lemak 3,2% BK; dan lignin 27,6% BK. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa kedua bahan pakan tersebut mengandung lignin yang sangat
tinggi dibandingkan dengan jerami padi yang hanya mengandung 13% BK. Tingginya
kadar lignin di dalam pakan akan mengakibatkan rendahnya palatibilitas, nilai
gizi dan daya cerna terhadap pakan (WINUGROHO dan MARIATI, 1999).
Tabel 3. Kandungan Gizi dari Limbah Kelapa Sawit
Perlakuan
pelepah/daun kelapa sawit dengan penambahan 8% NaOH dapat meningkatkan kecernaan bahan kering serat perasan dari 43,2 menjadi 58% (MATHIUS, 2003).
Sementara itu, nilai nutrisi pelepah sawit dapat ditingkatkan melalui amoniasi, penambahan
molases, perlakuan alkali, pembuatan silase/pelet, perlakuan dengan tekanan uap
yang tinggi dan secara enzimatis (WAN ZAHARI et al., 2003). Pemberian
pakan daun kelapa sawit kepada sapi jantan dapat meningkatkan bobot badan
sebesar 930 g/ekor/hari (MATHIUS, 2003). Pemberian pakan daun kelapa sawit dapat digantikan sebagai sumber hijauan karena memiliki serat kasar dan setelah dilakukan amoniasi, penambahan molases terjadi perubahan kandungan gizi sehingga dapat meningkatkan bobot badan ternak. Pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia disarankan tidak melebihi 30% dari ransum.
Daftar Pustaka
http://bptu-sembawa.net/v1/data/download/20090816160949.pdf
http://ilmu%20usaha%20tani/jerami/pengolahan-limbah-pertanian-untuk-pakan.html
http://indarto79.wordpress.com/2009/02/07/fermentasi-jerami-untuk-pakan-ternak/
http://www.herdinbisnis.com/2012/02/tips-dan-trik-peternak-canggih-jerami.html#.UJuBm2e3KTY
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/jerami-padi-fermentasi-sebagai-pakan-ternak-sapi-1779
Indraningsih, R.
Widiastuti Dan Y. Sani. Limbah Pertanian
Dan Perkebunan Sebagai Pakan Ternak: Kendala
Dan Prospeknya. Lokakarya
Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak
Ruminansia Besar. Balai Penelitian
Veteriner Po Box 151 Bogor 16114
Terimakasih, ini bermanfaat
BalasHapusSitus Judi Sabung Ayam Online SV388 Terlengkap Terbaik Terpercaya - Bandar Taruhan Adu Ayam Online Uang Asli Rupiah Terbesar Permainan Sabung Ayam Online ini begitu gampang di tekuni yang cuma menebak taruhan
BalasHapusBoss Juga Bisa Kirim Via :
Wechat : Bolavita
WA : +6281377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )